Pemerkosaan dan Kekerasan Terhadap Anak Dibawah Umur Masih Sering Terjadi di Kutim

Plt Kepala DP3A Kutim, Dr. Hj. Sulastin S.sos. M. Kes.

Instankaltim.com – Kasus pemerkosaan dan kekerasan terhadap anak terus meresahkan masyarakat Indonesia, termasuk juga di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) yang masih rawan terjadi.

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Sulastin, mengungkapkan ada beberapa data mengenai kasus kejahatan dan kekerasan seksual di wilayah Kutim.

Hal ini disampaikan, usai menggelar kegiatan Sosialisasi Kejahatan Seksual Anak Dibawah Umur di Gedung BPU Kantor Camat Sangatta Utara, pada Jumat (05/01/2024).

“Dari data yang kami terima hingga saat ini, terdapat sekitar 40-an kasus yang masuk di Kutim dan kasus yang sering terjadi itu kejahatan terhadap anak dan perempuan, termasuk penelantaran dan pelecehan. Sementara diawal tahun 2024 setidaknya sudah ada dua laporan yang masuk,” ucap Sulastin.

Tak hanya itu, ia juga menyampaikan bahwa DP3A sudah melakukan Sosialisasi di beberapa Kecamatan yang ada di Kutim. Tujuannya agar masyarakat lebih berani dan aktif menyampaikan ke teman bahkan keluarganya untuk segera di laporkan kepada DP3A Kutim.

“Pentingnya pelaporan dalam kerja sama dengan Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI) yang masih ada kendala di keberanian masyarakat untuk melaporkan kekerasan. Sehingga kekerasan masih banyak yang belum diketahui,” jelasnya.

Penting untuk dicatat bahwa kasus-kasus tersebut tidak hanya berasal dari wilayah Kutai Timur sendiri. DP3A menerima laporan yang melibatkan korban dari luar Kutai Timur.

Ia juga mengaku sempat mendapatkan laporan dari anak kecil yang diperkosa oleh anggota keluarganya sendiri.

“Kemarin, seorang anak kecil datang ke kami untuk melapor setelah diperkosa oleh ayahnya sendiri dan kasus ini sedang dalam proses pendampingan oleh pihak kepolisian,” tegasnya.

Saat ini, DP3A dan pihak kepolisian berkolaborasi untuk memberikan pendampingan dan memastikan keadilan bagi para korban.

Dalam situasi yang sulit seperti ini, solidaritas masyarakat juga menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terlindungi bagi anak-anak,” pungkasnya.

Penulis: Dirhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *