BANNER-KOMINFO-KUKAR-FIX

Anggota DPRD Kutim Novel Menyayangkan Banyak Wanita Jadi PSK Demi Mencukupi Kebutuhan Sehari-hari

Foto : Anggota DPRD Kutim, dr Novel Tyty Paembonan.
JMSI Certificate of PT Itami Tara Inspirasi_page-0001

Instankaltim.com – Kutim – Dalam menghadapi kebutuhan ekonomi yang semakin menekan, beberapa individu memilih jalan yang kontroversial dan penuh risiko. Mereka menawarkan jasa seksual atau pekerja seks komersial (PSK) sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Fenomena ini yang semakin terlihat di berbagai kota-kota besar, menggambarkan realitas keras yang dihadapi oleh banyak orang dalam memperjuangan hidup mereka. Ketiadaan lapangan kerja dan kebutuhan mendesak menjadi pendorong utama di balik keputusan ini.

Menyikapi hal tersebut, anggota DPRD Kutai Timur (Kutim), dr. Novel Tyty Paembonan menyayangkan hal tersebut, karena pekerjaan dengan menawarkan jasa seksual sangat beresiko terkena penyakit HIV/AIDS, baik itu diri sendiri maupun orang lain.

Hal itu ia sampaikan, saat ditemui sejumlah awak media setelah mengikuti rapat Panitia Khusus (Pansus) di Ruangan Hearing, Kantor DPRD Kutim, Sangatta, Rabu (17/7/2024).

“Dalam berkehidupan tentu ekonomi harus hidup, tapikan mencari kehidupan dengan cara yang beresiko (pekerja seks) membahayakan banyak orang. Namun disisi lain, kita juga tidak bisa melarang hal itu,” ujar dr Novel.

Legislator Partai Gerindra itu mengungkapkan kalaupun pekerjaan itu (pekerja jasa seksual) dilakukan, harus dikerjakan dengan aman, dengan cara diberikan edukasi.

“Edukasinya kan memberikan penjelasan kepada pekerja ini, jika menerima tamu yang menggunakan jasa seksualnya disarankan menggunakan alat kontrasepsi (Kondom). Kita kan tidak tau orangnya ini ada penyakit atau tidak, jadi biar lebih aman gunakan pengaman itu tadi,” ungkapnya.

Dirinya berharap dinas terkait seperti Dinas Sosial mengambil andil terkait permasalahan ini, sehingga para pekerja seks ini diberikan peluang usaha, agar tidak lagi menjadi pekerja seks.

“Kita harap Dinas Sosial bisa memberikan peluang, misalnya dalam usaha tata boga untuk pembuatan kue, sehingga para pekerja seks tadi bisa membuka usaha kue. Kan itu lebih baik, sehingga bisa terlepas dari pekerjaan itu,” pungkasnya.(Adv).

Penulis: Dirhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *