Landmark Menara Mahkota Tuah Himba begitu menarik mata. Bangunan megah degan ornament lampu tematik dan air mancur ini disiapkan sebagai penganti ikon patung naga yang mangkrak beberapa tahun sebelumnya.
Lokasinya begitu strategis. Berada di pusat ibu kota Tenggarong. Terletak di kawasan Central Bussiness District (CBD). Persis di samping Jembatan Tenggarong.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Wiyono menjelaskan, Menara Tuah Himba sedikit lagi rampung. Hanya membutuhkan beberapa penambahan daya listrik dan penambahan fasilitas yang memudahkan pengunjung dan pelaku UMKM.
Penambahan ini, merupakan masukan usai Bupati Kukar, Edi Damansyah melakukan Commissioning Test, pertengahan September 2023 lalu.
“Target Bupati Kukar, Edi Damansyah, pada tahun baru ini Menara Tuah Himba akan di operasikan sepenuhnya,” ucap Wiyono pertengahan Oktober ini.
Untuk diketahui, Menara Mahkota Tuah Himba merupakan hasil desain putra daerah, Syandy Diantrisna Kusuma. Syandy mengikuti sayembara untuk mendesain landmark baru di Kota Raja. Landmark ini terdiri dari tiga bagian yang memiliki arti. Filosofi tiga bagian ini merupakan elemen kehidupan di Kutai kartanegara.
– Bagian atas artinya langit
Bagian atas landmark berbentuk lingkaran, melambangkan hamparan langit yang berwarna jingga keemasan sebagai naungan atas kehidupan, di bawahnya manusia dan kehidupan lainnya. Warna keemasan langit melambangkan simbol kemuliaan langit, ini juga mengartikan Kepercayaan masyarakat Kukar sebagai tempat turunnya Aji Batara Agung Dewa Sakti dari kayangan (langit) yang menjadi Sultan pertama Kerajaan Kutai Kertanegara.
– Bagian tengah artinya manusia
Bagian tengah landmark berbentuk tiang melambangkan manusia (rakyat Kukar) yang berkehidupan dinamis ditopang oleh langit bagian atas dan daratan serta sungai di bagian bawah. Filosofi ini juga yang pernah diucapkan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti, sebagai manusia dalam kehidupan berada di tengah-tengah harus melihat dua keadaan, yaitu ke atas paling tinggi dan ke bawah paling luas.
Manusia (rakyat Kukar) dilambangkan dengan tiang berjumlah 14 buah, yang bermakna tanggal 14 hari bulan Aji Batara Agung Dewa Sakti melakukan perjalanan ke Kerajaan Majapahit untuk mempelajari adab bermasyarakat, dan kembali dari Majapahit di tanggal 14 hari bulan. Angka 14 juga melambangkan jumlah 14 (empat belas) anak tangga di Keraton Kutai Kertanegara.
Masing-masing tiang berdiri kokoh dengan dasar empat sudut yang memiliki arti empat pasak bumi kehidupan yang harus diperhatikan. Yaitu tata krama, adat istiadat, agama dan berbudaya di negeri sendiri. Tiang yang kokoh memiliki tinggi 21 meter melambangkan kitab dari majapahit yang dibawa oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti tentang adab sebanyak 21 Pasal.
Tiang yang berwarna hitam pada bagian tengah sampai dasar tiang berarti abdi (manusia) yang melambangkan di manapun masyarakat Kukar tetap akan mencurahkan hati dan dirinya kepada Kesultanan Kutai Kertanegara. Warna kuning keemasan pada bagian atas melambangkan keagungan Kesultanan Kutai Kertanegara.
– Bagian bawah artinya tanah dan air
Bagian bawah landmark berbentuk lingkaran kolam air dan daratan berwarna hijau, kolam air melambangkan sungai mahakam sebagai penopang kehidupan masyarakat Kukar, dan daratan berwarna hijau melambangkan suburnya tanah Kukar dengan kelebatan hutannya yang penuh dengan sumber daya alam.
Warna pada air melambangkan kemuliaan dan warna hijau melambangkan kesuburan. Air yang melambangkan sungai mahakam juga mengartikan kepercayaan masyarakat Kukar sebagai tempat munculnya Putri Karang Melenu yang menjadi permaisuri Sultan pertama Kutai Kartanegara.
Bagian bawah landmark berupa tiga tingkatan melambangkan tiga anak tangga pada singgasana Kesultanan Kutai Kertanegara yang berada pada ruangan Stinggil (Siti Hinggil) Keraton Kutai Kertanegara. (advdiskominfokukar)